1. Pengertian kooperatif Learning
Sistem
pembelajaran “cooperative learning” merupakan system pengajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama satu sama lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur untuk memaksimalkan pengetahuan mereka dan
pengetahuan teman sebayanya. Pembelajaran Kooperatif lebih dari sekedar belajar
kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur
dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif
diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14). Hubungan kerja seperti itu
memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan
siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara
individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam
kelompok.
Banyak
guru menganggap bahwa mereka menggunakan kooperatif learning ketika siswanya
berada dalam kelompok dengan tujuan yang sama dalam suatu materi khusus. Akan
tetapi, hanya karena siswa belajar bersama dalam kelompok kecil bukan berarti
mereka bekerja sama dalam memaksimalkan pengetahuan mereka dan pengetahuan
teman sebayanya dalam kelompok tersebut (Johnson, Johnson & Johnson-Holubec,1993).
Ada
dua komponen penting dalam semua metode kooperatif Learning yaitu tugas bekerja
sama (yang merupakan ciri-ciri kebanyakan kelompok belajar ) dan dorongan
kerjasama yang terstruktur (merupakan ciri unik dari kooperatif Learning). Ini
berarti bahwa siswa mengerjakan tugasnya dalam kelompok, yang akan mendorong
dan memotivasi mereka untuk membantu siswa lainnya dalam belajar (lebih dari sebuah
kompetisi antara satu dengan lainnya), dimana mereka tergantung pada usaha
mereka untuk mencapai sukses dan dimana mereka memegang tanggungjawab sebagai
kelompok dan individu.
Johnson
and Johnson (1994) mengidentifikasi 5 unsur dasar yang dibutuhkan agar
dimasukkan dalam kelompok belajar yang betul-betul dipertimbangkan sebagai
kooperatif. Lima unsur tersebut adalah; (1) positive
interdependence (saling ketergantungan yang positif) sehingga siswa dengan
kelompoknya benar-benar tergantung satu dengan lainnya , (2) face to face primitive interaction
(interaksi tatap muka yang sederhana); (3) individual
accountability (tanggungjawab individu) sehingga semua siswa dalam
kelompoknya bertanggung jawab dalam materi pelajaran,, (4) appropriate use of interpersonal skills dalam kelompok, dan (5) group analysis (analisis kelompok) dari
hasil yang dicapai dan bagaimana kelompok berfungsi dengan baik.
Alasan
utama menempatkan siswa belajar dalam kelompok kooperatif adalah agar semua
siswa dapat lebih sukses sebagai individu daripada jika mereka belajar sendiri.
Tidak masalah strategi mengajar apa yang akan digunakan, “pembelajaran siswa
tidak mungkin terjadi jika siswa kurang tertarik dengan alasan untuk apa mereka
belajar”(Abrami & Chambers,1996). Ketika menggunakan kooperatif Learning,
ada tiga alasan siswa belajar yaitu; alasan hasil, alasan cara, dan alasan antar
perseorangan, Alasan hasil mendorong kelompok belajar melalui hadiah,
penghargaan, dan tujuan prestasi. Alasan cara mendorong kelompok belajar
melalui ketertarikan hakiki dalam tugas, tugas yang baru, dan tugas yang
terstruktur. Alasan antar perseorangan mendorong kelompok belajar melalui
support teman sebaya, hasrat untuk membantu yang lain, dan kebutuhan untuk
menjadi bagian dari kelompok.
Hal
yang paling memdasar yang membedakan antara pembelajaran kooperatif dengan
pembelajran kelompok yang lainnya adalah dalam pembelajaran kelompok dituntut
adanya tanggung jawab pribadi dan juga tanggung jawab kelompok. Maksudnya,
dalam pembelajaran koopereatif tiap individu memiliki tanggung jawab terhadap
materi atau bahan pelajaran dan juga bertanggung jawab untuk mengajarkan pada
anggota kelompok yang kurang. Dengan demikian maka kesuksesan yang diperoleh
dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya diukur dari keberhasilan satu
individu saja tetapi juga diukur dari kesuksesan kelompok tersebut dalm
menguasai suatu materi pelajaran.
2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Adalah;
Adapun cirri-ciri dari pemebelajaran
kooperatif adalah:
- Belajar bersama dengan teman dalam kelompok kecil,
- Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman,
- Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
- Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok,
- Belajar dari teman sendiri dalam kelompok,
- Keputusan tergantung pada peserta didik sendiri,
Selain itu, terdapat
empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran
kooperatif yaitu:
1. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.2. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerjasama diantara anggota kelompok.3. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.4. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
3. Kapan menggunakan cooperative learning sebagai strategi mengajar
- Ketika guru ingin semua siswanya (tidak hanya yang prestasinya tinggi) mengalami kesuksesan dalam belajarnya.
- Ketika guru ingin siswanya bertukar ide dan melihat bahwa mereka bisa belajar dari satu siswa ke lainnya, dan belajar untuk membantu satu sama lainnya.
- Ketika guru ingin mendorong dan mengembangkan kerjasama diantara siswa dan mengembangkan rasa hormat tentang kelebihan dan kelemahan satu sama lainnya.
- Ketika guru ingin memperbaiki dan mengembangkan keterampilan komunikasi siswa.
- Ketika kita ingin meningkatkan pemahaman siswa yang mendalam pada isi mata pelajaran dengan membiarkan mereka mengeksplornya dan mendiskusikan pemahaman mereka dengan siswa lainnya.
- Ketika kita ingin menambah harga diri siswa dan meningkatkan penerimaan perbedaan individu.
- Ketika kita ingin menambah motivasi siswa dan meningkatkan partisipasi keaktifan siswa.
- Ketika kita ingin memperbaiki keterampilan pemecahan masalah siswa dan membiarkan mereka menemukan bahwa banyak cara dalam menyelesaikan masalah tersebut.
- Ketika kita ingin mengajar siswa menjadi kepercayaan terhadap diri daripada kepercayaan terhadap guru dan member mereka control di atas pembelajarannya.
- Ketika kita ingin siswa menggunakan secara detail dalam menganalisis beberapa bagian materi pelajaran yang paling sedikit tapi waktu tidak mengijinkan semua siswa untuk menganalisis semua isi materi tersebut.
- Ketika kita ingin mendorong siswa untuk berfikir tentang proses belajarnya, mengidentifikasi kekurangan pengetahuan mereka, dan belajar mencari bantuan jika dibutuhkan.
4. Beberapa kelebihan menggunakan cooperative learning
1. Kooperatif learning mengajar siswa untuk lebih percaya dengan kemampuan berfikir dirinya, mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa lain.2. Kooperatif learning mendorong siswa mengungkapkan ide-ide mereka dan membandingkannya dengan ide-ide dan pemikiran dari siswa lain. Ini akan berguna khususnya ketika siswa memecahkan masalah3. Kooperatif learning membantu siswa untuk belajar mengghormati kelebihan serta kekurangan satu dengan lainnya dan menerima perbedaan tersebut. Itu membantu perkembangan positif dari saling ketergantungan diantara siswa dan itu dapat menaikkan merintangi ras dan kebudayaan dalam pertemanan.4. Bekerja dalam kelompok Kooperatif learning membantu memberikan kuasa pada siswa untuk mengambil tanggungjawab yang lebih besar untuk pembelajaran dirinya dan untuk pembelajaran siswa lainnya. Membagi tanggungjawab ini untuk belajar dapat menukar kepuasan pembelajar.5. Menempatkan siswa dalam kelompok belajar menghasilkan lebih banyak proses belajar daripada siswa belajar sendiri.6. Kooperatif learning memberi kesempatan bagi siswa menguji pendapat dan pemahamannya dan menerima umpan balik yang aman dan tidak adanya ancaman dari lingkungan. Siswa dapat memecahkan masalah dalam lingkungan yang sedikit resiko karena akan adanya sedikit ancaman yang membuat masalah di depan dua atau tiga orang teman daripada di depan seluruh kelas.7. Kooperatif learning menambah kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan keterampilan yang telah mereka pelajari secara teori yang kemudian dapat digunakan dalam kehidupan nyata.8. Siswa yang merasa tegang dengan pembelajaran dengan diskusi dan pertemuan biasa dapat belajar dengan lebih santai dalam kelompok Kooperatif learning.9. Kooperatif learning membantu siswa untuk mengenal bakat yang dirasa kurang dalam mata pelajaran tertentu yang sebenarnya adalah masalah kurangnya pemahaman terhadap materinya.(Manera & Glockhamer, 1988-89)10. Kooperatif learning memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawaban dan pendapat yang patut dari suatu permasalahan, daripada mempercayakan seseorang untuk menjelaskan pada mereka apakah jawaban mereka benar atau tidak.11. Kooperatif learning membantu siswa untuk memahami bahwa pandangan yang berbeda tidak perlu membuatnya bingung, mereka lebih bisa berpikir positif dalam mengembangkan pemahamnnya dalam suatu materi.12. Kooperatif learning mendorong siswa yang lemah agar tetap tekun belajar dan membantu siswa yang mampu (pintar) untuk mengisi pemahamannya yang kurang. (Felder & Brent, 1994)13. Kooperatif learning adalah strategi yang berguna untuk digabungkan dengan strategi yang lainnya seperti problem solving, Concept maping, dan story development.
5.
Kekurangan Kooperatif learning
1. Keistimewaan yang paling mendasar dari Kooperatif learning adalah siswa belajar dari satu ke yang lainnya. Kecuali “mengajar teman sebaya” ini efektif, siswa bisa saja belajar kurang dari yang akan mereka terima langsung dari instruksi guru.2. Persepsi (daya memahami) siswa terhadap kemampuan dan kebersamaan penempatan anggota kelompok dapat mempengaruhi fungsi dari kerja sama kelompok. Kita sebagai guru perlu menekankan bahwa masing-masing siswa memiliki kemampuan yang khas yang dapat dikontribusikan pada kelompoknya.3. Walaupun kerja sama adalah kemampuan yang sangat penting untuk siswa, banyak aktivitas sehari-hari berdasarkan usaha sendiri (individu). Oleh karena itu, siswa harus belajar percaya diri sebaik belajar bagaimana cara bekerja sama.4. Untuk mencapai sukses, Kooperatif learning seharusnya digunakan dalam waktu panjang sehingga siswa mengembangkan kebutuhan saling ketergantungan dalam kelompok. Ini bukan strategi yang dapat kita gunakan dengan sukses hanya sekali waktu.
6.
Bagaimana Menyiapkan Kooperatif Learning Sebagai Strategi Mengajar
Sangat
penting untuk memahami apa yang bisa kita lakukan untuk menukar keefektifan
Kooperatif learning karena ini bukan masalah mudah dalam menempatkan siswa
dalam kelompok untuk belajar. “Ide untuk mengelompokkan siswa dan mengijinkan
mereka belajar dengan sendirinya, walaupun ini terdengar cukup mudah, bisa-bisa
menjadi mimpi buruk” (Thompson & Taymans, 1996). Tugas kita sebagai guru
adalah agar siswa bertukar ide, berpikir kritis, dan belajar dalam kelompok, ini
membutuhkan rencana yang teliti. Kita harus membuat lingkungan belajar dimana
akan terjadi interaksi tatap muka, ketergantungan positif, tanggung jawab
pribadi, dan kecocokan dalam menggunakan keterampilan perseorangan dan
kelompok.
Ketika
bersiap untuk menggunakan Kooperatif learning, ada dua hal penting yang perlu
diingat: motivasi siswa dan proses pembelajaran yang akan digunakan siswa.
Secara umum kita harus:
1. Tentukan dengan jelas apa yang kita inginkan siswa untuk dicapainya hingga sukses, ini termasuk hasil akademik dan hasil sosial. Ingat bahwa siswa seharusnya berpikir sebaik yang mereka bisa, jadi tempatkan penekanan pada belajar daripada beraktivitas.2. Pilih apa yang menurut kita akan menjadi bentuk cocok dalam menggunakan Kooperatif learning.3. Jelaskan pada siswa dengan detail bagaimana Kooperatif learning akan berjalan, apa yang kita harapkan dari mereka, bagaimana kita akan menolong mereka, dan bagaimana mereka akan dinilai. Ini sangat penting bahwa siswa memahami konsep dari kerja sama dan bagaimana menggunakan konsep ini untuk mencapai sukses di tugas akademik.4. Berikan siswa latihan saat bekerja dalam kelompok. Perkenalkan tugas kelompok dari hari pertama pertemuan dengan siswa dan berangsur-angsur bangun aktivitas belajar ini menjadi lebih panjang dan lebih komplek.5. Siapkan materi yang siswa akan butuhkan dalam belajar dan untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Ini sangat penting bahwa topik Kooperatif learning relevan untuk semua anggota kelompok, dan ini merupakan salah satu yang disukai siswa yang mempunyai opini yang berbeda-beda, sebaliknya mereka tidak akan tertarik dan diskusinya akan sangat terbatas.
7.
Bagimana Melaksanakan Strategi Kooperatif Learning
1. Tugaskan siswa berkelompok, pertama bagilah kelas yang membuat mereka lebih waspada terhadap perintah yang akan kita berikan.2. Terangkan dengan jelas hasil yang harus dicapai siswa dan berikan dengan jelas arah tugas akademik masing-masing kelompok yang harus dikerjakan.3. Terangkan bagaimana pengetahuan individu akan dinilai.4. Ingatkan kembali siswa tentang harapan kita pada mereka (khususnya yang berhubungan dengan membantu satu sama lainnya dalam belajar) dan tujuan terstruktur Kooperatif learning (hadiah untuk belajar).5. Berikan siswa sumber-sumber belajar jika diperlukan.6. Sebarkan bantuan yang dibutuhksn, untuk mengontrol aktivitas belajar siswa, dan untuk membuat catatan tentang masalah yang akan disepakati dengan salah satu kelompok yang sudah selesai.7. Bawalah pelajaran pada kesimpulan yang logis.8. Evaluasi prestasi siswa dan bantu mereka menilai bagaimana sebaiknya mereka berkolaborasi dengan yang lainnya.
Tentu
saja mengajar tidak pernah menjadi tugas yang mudah dimana semuanya berjalan
mulus sesuai rencana kita. Akan ada banyak persoalan dimana kita akan
menggunakan Kooperatif learning dan kita akan mencoba mencari strategi yang
cocok dengan kita dan siswa kita. Bukan jawaban yang mudah tentang pertanyaan
mengenai kelompok yang bagaimana yang cocok untuk Kooperatif learning.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif di
Kelas
Adapun sintaks model
pembelajaran kooperatif yang terjadi di kelas:
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar
|
Fase 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
Fase 3
Mengorganisasi siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
|
Fase 4
Membimbing kelompok untuk bekerja dan
belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
|
Fase 5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
|
Fase 6
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari berbagai cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
8. Beberapa Pendekatan Khusus Kooperatif Learning
Ada
banyak macam Kooperatif learning, tapi pendekatan yang paling banyak diuraikan
dalam literatur adalah Student Teams
Achievement Divisions (STAD), Teams
Geams Tournaments (TGT), Jigsaw, and Group
Investigation (GI). Semua bentuk pendekatan Kooperatif learning membutuhkan
siswa untuk bekerja dalam pasangan atau kelompok untuk membantu satu sama lain.
Tetapi setiap tipe dari pembelajaran kooperetif berbada dalam hal:
1. Bagaimana siswa diberikan informasi tentang yang mereka pelajari (menggunakan Jigsaw),2. Bagaimana siswa berinteraksi dengan lainnya (dengan bermacam pendekatan yang menekankan pada mengajar berpasangan dan pendekatan menekankan kelompok investigasi),3. Bagaimana siswa diuji (dengan TGT),4. Bagaimana memilih topik yang akan dipelajari (GI),
Semua
pendekatan Kooperatif learning menekankan pada tujuan kelompok dan kesuksesan
kelompok dimana semua anggotanya mencapai tujuan tersebut.Oleh karena itu, kita
membutuhkan pemahaman terhadap tiga konsep penting:
1. Penghargaan kelompok2. Tanggung jawab pribadi3. Kesempatan yang sama untuk sukses
1.
Student Team Achievement Divisions (STAD)
STAD yang dikembangkan
oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas John Hopkin, merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe
ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (1997), dalam STAD siswa ditempatkan
dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan
campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan
pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan
bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut.
Menurut Slavin (1995), STAD terdiri dari lima
komponen utama, yaitu:
a. Presentasi
Kelas
Materi
dalam STAD disampaikan dalam presentasi kelas. Presentasi kelas ini biasanya
menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Dalam
presentasi ini juga dapat menggunakan audiovisual. Di sini siswa harus
memusatkan perhatiannya pada presentasi kelas, karena itu akan membantu mereka
untuk menghadapi kuis, dan nilai kuis mereka akan menentukan nilai kelompok
mereka.
b. Kelompok
Kelompok dibentuk terdiri dari empat atau lima
siswa, dengan memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
dan etnis. Fungsi utama dari kelompok adalah untuk memastikan semua anggota
kelompoknya terlibat dalam kegiatan belajar, dan khususnya untuk mempersiapkan
anggotanya dalam menghadapi kuis. Setelah guru menyajikan materi, setiap
kelompok mempelajari materi tersebut secara bersama. Belajar bersama ini
meliputi mendiskusikan masalah, membandingkan jawaban, dan mengoreksi miskonsepsi
jika ada anggota kelompok yang membuat kesalahan.
c. Kuis
Setelah satu atau dua kali guru menyajikan materi,
dan satu atau dua kali kerja kelompok,
siswa diberikan kuis individu. Siswa tidak diperbolehkan saling membantu.
d. Peningkatan
Skor Individu
Ide ini dimaksudkan untuk memberitahu masing-masing
siswa tujuan apa yang dapat diperoleh jika mereka bekerja keras dan menampilkan
yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin
maksimal pada kelompoknya pada sistem skor, untuk itu siswa harus bekerja
secara baik.
e. Penghargaan
Kelompok
Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah
jika rata-rata skor mereka melampaui kriteria yang telah ditentukan.
2. Teams Geams Tournaments (TGT)
Pembelajaran kooperatif TGT adalah suatu pembelajaran
di mana setelah kehadiran guru, siswa pindah ke kelompoknya masing-masing untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang
diberikan guru. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan bertemu
seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari kelompok lain untuk
membandingkan kemampuan kelompoknya dengan kelompok lain. Tiga siswa dalam
setiap meja turnamen akan saling bersaing. Mereka menjawab satu pertanyaan yang
sama, berkaitan dengan materi yang telah dibahas bersama-sama dalam
kelompoknya. Dengan cara ini setiap siswa berkesempatan menyumbangkan skor
sebanyak-banyaknya untuk kelompoknya.
Ada tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif
tipe TGT, yaitu:
a) Pembentukkan
kelompok
Kelas dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa. Perhatikan bahwa anggota
kelompok harus heterogen. Masing-masing kelompok diberi kode A, B, C, D, dan
seterusnya. Sebelum materi diberikan, guru harus menjelaskan bahwa mereka akan
bekerja sama dalam kelompok selama beberapa minggu dan memainkan kompetisi
akademik ini untuk menambah nilai kelompok mereka.
b) Pemberian
Materi
Guru
menyampaikan materi biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah,dan diskusi. Pada saat penyajian kelas ini ,siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu
siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat turnamen,
karena skor turnamen akan menentukan skor kelompok.
c) Belajar
Kelompok
Masing-masing kelompok diberikan
tugas untuk mengerjakan LKS yang telah disediakan. Fungsi utama kelompok ini
adalah untuk menyiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soal-soal latihan
yang akan dievaluasi dalam turnamen.
d) Turnamen
Turnamen dapat dilaksanakan setiap
bulan atau setiap akhir pokok bahasan. Turnamen ini merupakan pertandingan
antar kelompok. Untuk melaksanakan turnamen disiapkan meja turnamen disesuaikan
dengan banyaknya siswa di setiap kelompok. Menentukan rangking setiap siswa
pada masing-masing kelompok, misalnya siswa pandai di meja A, yang sedang di
meja B, dan yang kurang di meja C. Masing-masing siswa mengumpulkan skor
sebanyak-banyaknya. Yang mendapat skor terbanyak adalah pemenangnya.
3.
Tipe Jigsaw
Kooperatif
tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Kooperatif Jigsaw didesain
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan demikian siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari
materi yang ditugaskan.
Ada dua versi tipe Jigsaw dalam pendekatan cooperative
learning, dan masing-masing
mempunyai keunikan, karena tanggung jawab anggota dari masing-masing
kelompok berbeda.
Pada Jigsaw I
(Aronson, Blaney, Stephan, Sikes, dan Snapp, 1978), kelompok belajar terdiri
dari 5- 6 anggota yang heterogen. Di dalam masing-masing kelompok satu siswa
mempunyai mempunyai tanggung jawab untuk menguasai masing-masing bagian materi
. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab pada bagian pertama
bertemu pada materi yang sama dengan siswa dari kelompok lain yang materinya
sama dan mereka saling membantu satu sama lain untuk belajar tentang materi
pada bagian ini.
Setelah siswa yang berasal dari kelompok ahli membantu
yang lainnya, mereka kembali pada kelompoknya dan mengajarkan apa yang telah
dipelajari kepada anggota kelompoknya. Satu-satunya cara siswa untuk
mempelajari materi yang bukan dikhususkan untuknya adalah dengan belajar
melalui anggota kelompoknya. Sehingga, para siswa didorong untuk berinteraksi
dan belajar dari satu siswa ke siswa lainnya. Bagian dalam proses pembelajaran
ini dapat mengembangkan berbagai pelajaran. Setelah mengikuti kerja kelompok
dan diskusi, para siswa diberikan kuis individual.
Slavin
(1990) mempunyai versi dari teknik ini yang disebut Jigsaw II. Untuk menggunakan
pendekatan ini, guru memulainya dengan membiarkan siswanya untuk membaca semua
materi yang akan dipelajari (ingat pada Jigsaw I, siswa hanya membaca materi
apa yang dikhususkan untuknya masing-masing).
Masing-masing siswa berkewajiban untuk teliti di segi mana mereka akan
ahli di bidangnya. Kemudian siswa
bertemu di bidang masing-masing untuk belajar lebih mendalam dan kembali ke
kelompoknya masing-masing lagi untuk mengajari satu sama lain. Pada waktu yang
tepat, siswa diberikan kuis individu.
Pada kedua
pendekatan Jigsaw, skor kelompok dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur pada
skorsing tipe STAD. Skor kelompok dan individu yang tertinggi dicantumkan dalam
laporan berkala mingguan
Semua pendekatan cooperative
learning, tapi khususnya Jigsaw, tergantung pada kemampuan mereka untuk
sukses dalam membantu satu sama lain dalam belajar.
DAFTAR
PUSTAKAA
Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad,
Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M. (2003). Common Text
Book
Sugandi,
A.I. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masala Matmatika Melalui Model Belajar
Kooperatif Tope Jigsaw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar