Minggu, 04 November 2012

Pembelajaran Kooperatif



1. Pengertian kooperatif Learning
Sistem pembelajaran “cooperative learning” merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama satu sama lain dalam tugas-tugas yang terstruktur untuk memaksimalkan pengetahuan mereka dan pengetahuan teman sebayanya. Pembelajaran Kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14). Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Banyak guru menganggap bahwa mereka menggunakan kooperatif learning ketika siswanya berada dalam kelompok dengan tujuan yang sama dalam suatu materi khusus. Akan tetapi, hanya karena siswa belajar bersama dalam kelompok kecil bukan berarti mereka bekerja sama dalam memaksimalkan pengetahuan mereka dan pengetahuan teman sebayanya dalam kelompok tersebut (Johnson, Johnson & Johnson-Holubec,1993).
Ada dua komponen penting dalam semua metode kooperatif Learning yaitu tugas bekerja sama (yang merupakan ciri-ciri kebanyakan kelompok belajar ) dan dorongan kerjasama yang terstruktur (merupakan ciri unik dari kooperatif Learning). Ini berarti bahwa siswa mengerjakan tugasnya dalam kelompok, yang akan mendorong dan memotivasi mereka untuk membantu siswa lainnya dalam belajar (lebih dari sebuah kompetisi antara satu dengan lainnya), dimana mereka tergantung pada usaha mereka untuk mencapai sukses dan dimana mereka memegang tanggungjawab sebagai kelompok dan individu.
Johnson and Johnson (1994) mengidentifikasi 5 unsur dasar yang dibutuhkan agar dimasukkan dalam kelompok belajar yang betul-betul dipertimbangkan sebagai kooperatif. Lima unsur tersebut adalah; (1) positive interdependence (saling ketergantungan yang positif) sehingga siswa dengan kelompoknya benar-benar tergantung satu dengan lainnya , (2) face to face primitive interaction (interaksi tatap muka yang sederhana); (3) individual accountability (tanggungjawab individu) sehingga semua siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab dalam materi pelajaran,, (4) appropriate use of interpersonal skills dalam kelompok, dan (5) group analysis (analisis kelompok) dari hasil yang dicapai dan bagaimana kelompok berfungsi dengan baik.
Alasan utama menempatkan siswa belajar dalam kelompok kooperatif adalah agar semua siswa dapat lebih sukses sebagai individu daripada jika mereka belajar sendiri. Tidak masalah strategi mengajar apa yang akan digunakan, “pembelajaran siswa tidak mungkin terjadi jika siswa kurang tertarik dengan alasan untuk apa mereka belajar”(Abrami & Chambers,1996). Ketika menggunakan kooperatif Learning, ada tiga alasan siswa belajar yaitu; alasan hasil, alasan cara, dan alasan antar perseorangan, Alasan hasil mendorong kelompok belajar melalui hadiah, penghargaan, dan tujuan prestasi. Alasan cara mendorong kelompok belajar melalui ketertarikan hakiki dalam tugas, tugas yang baru, dan tugas yang terstruktur. Alasan antar perseorangan mendorong kelompok belajar melalui support teman sebaya, hasrat untuk membantu yang lain, dan kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok.
Hal yang paling memdasar yang membedakan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajran kelompok yang lainnya adalah dalam pembelajaran kelompok dituntut adanya tanggung jawab pribadi dan juga tanggung jawab kelompok. Maksudnya, dalam pembelajaran koopereatif tiap individu memiliki tanggung jawab terhadap materi atau bahan pelajaran dan juga bertanggung jawab untuk mengajarkan pada anggota kelompok yang kurang. Dengan demikian maka kesuksesan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya diukur dari keberhasilan satu individu saja tetapi juga diukur dari kesuksesan kelompok tersebut dalm menguasai suatu materi pelajaran.
2.  Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Adalah;
Adapun cirri-ciri dari pemebelajaran kooperatif adalah:
  •   Belajar bersama dengan teman dalam kelompok kecil,
  • Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman,
  • Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
  • Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok,
  • Belajar dari teman sendiri dalam kelompok,
  • Keputusan tergantung pada peserta didik sendiri,
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
1.      Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2.      Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerjasama diantara anggota kelompok.
3.      Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
4.      Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
  
3. Kapan menggunakan cooperative learning sebagai strategi mengajar
  1. Ketika guru ingin semua siswanya (tidak hanya yang prestasinya tinggi) mengalami kesuksesan dalam belajarnya.
  2. Ketika guru ingin siswanya bertukar ide dan melihat bahwa mereka bisa belajar dari satu siswa ke lainnya, dan belajar untuk membantu satu sama lainnya.
  3. Ketika guru ingin mendorong dan mengembangkan kerjasama diantara siswa dan mengembangkan rasa hormat tentang kelebihan dan kelemahan satu sama lainnya.
  4. Ketika guru ingin memperbaiki dan mengembangkan keterampilan komunikasi siswa.
  5.  Ketika kita  ingin meningkatkan pemahaman siswa yang mendalam pada isi mata pelajaran  dengan membiarkan mereka mengeksplornya dan mendiskusikan pemahaman mereka dengan siswa lainnya.
  6. Ketika kita ingin menambah harga diri siswa dan meningkatkan penerimaan perbedaan individu.
  7. Ketika kita ingin menambah motivasi siswa dan meningkatkan partisipasi keaktifan siswa.
  8. Ketika kita ingin memperbaiki keterampilan pemecahan masalah siswa dan membiarkan mereka menemukan bahwa banyak cara dalam menyelesaikan masalah tersebut.
  9. Ketika kita ingin mengajar siswa menjadi kepercayaan terhadap diri daripada kepercayaan terhadap guru dan member mereka control di atas pembelajarannya.
  10. Ketika kita ingin siswa menggunakan secara detail dalam menganalisis beberapa bagian materi pelajaran yang paling sedikit tapi waktu tidak mengijinkan semua siswa untuk menganalisis semua isi materi tersebut.
  11. Ketika kita ingin mendorong siswa untuk berfikir tentang proses belajarnya, mengidentifikasi kekurangan pengetahuan mereka, dan belajar mencari bantuan jika dibutuhkan.

4.  Beberapa kelebihan menggunakan cooperative learning
1.  Kooperatif learning mengajar siswa untuk lebih percaya dengan kemampuan berfikir dirinya, mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa lain.
2. Kooperatif learning mendorong siswa mengungkapkan ide-ide mereka dan membandingkannya dengan ide-ide dan pemikiran dari siswa lain. Ini akan berguna khususnya ketika siswa memecahkan masalah
3. Kooperatif learning membantu siswa untuk belajar mengghormati kelebihan serta kekurangan satu dengan lainnya dan menerima perbedaan tersebut. Itu membantu perkembangan positif dari saling ketergantungan diantara siswa dan itu dapat menaikkan merintangi ras dan kebudayaan dalam pertemanan.
4.   Bekerja dalam kelompok Kooperatif learning membantu memberikan kuasa pada siswa untuk mengambil tanggungjawab yang lebih besar untuk pembelajaran dirinya dan untuk pembelajaran siswa lainnya. Membagi tanggungjawab ini untuk belajar dapat menukar kepuasan pembelajar.
5.    Menempatkan siswa dalam kelompok belajar menghasilkan lebih banyak proses belajar daripada siswa belajar sendiri.
6. Kooperatif learning memberi kesempatan bagi siswa menguji pendapat dan pemahamannya dan menerima umpan balik yang aman dan tidak adanya ancaman dari lingkungan. Siswa dapat memecahkan masalah dalam lingkungan yang sedikit resiko karena akan adanya sedikit ancaman yang membuat masalah di depan dua atau tiga orang teman daripada di depan seluruh kelas.
7.  Kooperatif learning menambah kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan keterampilan yang telah mereka pelajari secara teori yang kemudian dapat digunakan dalam kehidupan nyata.
8.  Siswa yang merasa tegang dengan pembelajaran dengan diskusi dan pertemuan biasa dapat belajar dengan lebih santai dalam kelompok Kooperatif learning.
9.  Kooperatif learning membantu siswa untuk mengenal bakat yang dirasa kurang dalam mata pelajaran tertentu yang sebenarnya adalah masalah kurangnya pemahaman terhadap materinya.(Manera & Glockhamer, 1988-89)
10.  Kooperatif learning memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawaban dan pendapat yang patut dari suatu permasalahan, daripada mempercayakan seseorang untuk menjelaskan pada mereka apakah jawaban mereka benar atau tidak.
11.  Kooperatif learning membantu siswa untuk memahami bahwa pandangan yang berbeda tidak perlu membuatnya bingung, mereka lebih bisa berpikir positif dalam mengembangkan pemahamnnya dalam suatu materi.
12. Kooperatif learning mendorong siswa yang lemah agar tetap tekun belajar dan membantu siswa yang mampu (pintar) untuk mengisi pemahamannya yang kurang. (Felder & Brent, 1994)
13. Kooperatif learning adalah strategi yang berguna untuk digabungkan dengan strategi yang lainnya seperti problem solving, Concept maping, dan story development.

5. Kekurangan Kooperatif learning
1.      Keistimewaan yang paling mendasar dari Kooperatif learning adalah siswa belajar dari satu ke yang lainnya. Kecuali “mengajar teman sebaya” ini efektif, siswa bisa saja belajar kurang dari yang akan mereka terima langsung dari instruksi guru.
2.      Persepsi (daya memahami) siswa terhadap kemampuan dan kebersamaan penempatan anggota kelompok dapat mempengaruhi fungsi dari kerja sama kelompok. Kita sebagai guru perlu menekankan bahwa masing-masing siswa memiliki kemampuan yang khas yang dapat dikontribusikan pada kelompoknya.
3.      Walaupun kerja sama adalah kemampuan yang sangat penting untuk siswa, banyak aktivitas sehari-hari berdasarkan usaha sendiri (individu). Oleh karena itu, siswa harus belajar percaya diri sebaik belajar bagaimana cara bekerja sama.
4.      Untuk mencapai sukses, Kooperatif learning seharusnya digunakan dalam waktu panjang sehingga siswa mengembangkan kebutuhan saling ketergantungan dalam kelompok. Ini bukan strategi yang dapat kita gunakan dengan sukses hanya sekali waktu.
6. Bagaimana Menyiapkan Kooperatif Learning Sebagai Strategi Mengajar
Sangat penting untuk memahami apa yang bisa kita lakukan untuk menukar keefektifan Kooperatif learning karena ini bukan masalah mudah dalam menempatkan siswa dalam kelompok untuk belajar. “Ide untuk mengelompokkan siswa dan mengijinkan mereka belajar dengan sendirinya, walaupun ini terdengar cukup mudah, bisa-bisa menjadi mimpi buruk” (Thompson & Taymans, 1996). Tugas kita sebagai guru adalah agar siswa bertukar ide, berpikir kritis, dan belajar dalam kelompok, ini membutuhkan rencana yang teliti. Kita harus membuat lingkungan belajar dimana akan terjadi interaksi tatap muka, ketergantungan positif, tanggung jawab pribadi, dan kecocokan dalam menggunakan keterampilan perseorangan dan kelompok.
Ketika bersiap untuk menggunakan Kooperatif learning, ada dua hal penting yang perlu diingat: motivasi siswa dan proses pembelajaran yang akan digunakan siswa. Secara umum kita harus:
1.      Tentukan dengan jelas apa yang kita inginkan siswa untuk dicapainya hingga sukses, ini termasuk hasil akademik dan hasil sosial. Ingat bahwa siswa seharusnya berpikir sebaik yang mereka bisa, jadi tempatkan penekanan pada belajar daripada beraktivitas.
2.      Pilih apa yang menurut kita akan menjadi bentuk cocok dalam menggunakan Kooperatif learning.
3.      Jelaskan pada siswa dengan detail bagaimana Kooperatif learning akan berjalan, apa yang kita harapkan dari mereka, bagaimana kita akan menolong mereka, dan bagaimana mereka akan dinilai. Ini sangat penting bahwa siswa memahami konsep dari kerja sama dan bagaimana menggunakan konsep ini untuk mencapai sukses di tugas akademik.
4.      Berikan siswa latihan saat bekerja dalam kelompok. Perkenalkan tugas kelompok dari hari pertama pertemuan dengan siswa dan berangsur-angsur bangun aktivitas belajar ini menjadi lebih panjang dan lebih komplek.
5.      Siapkan materi yang siswa akan butuhkan dalam belajar dan untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Ini sangat penting bahwa topik Kooperatif learning relevan untuk semua anggota kelompok, dan ini merupakan salah satu yang disukai siswa yang mempunyai opini yang berbeda-beda, sebaliknya mereka tidak akan tertarik dan diskusinya akan sangat terbatas. 
7. Bagimana Melaksanakan Strategi Kooperatif Learning
1.      Tugaskan siswa berkelompok, pertama bagilah kelas yang membuat mereka lebih waspada terhadap perintah yang akan kita berikan.
2.      Terangkan dengan jelas hasil yang harus dicapai siswa dan berikan dengan jelas arah tugas akademik masing-masing kelompok yang harus dikerjakan.
3.      Terangkan bagaimana pengetahuan individu akan dinilai.
4.      Ingatkan kembali siswa tentang harapan kita pada mereka (khususnya yang berhubungan dengan membantu satu sama lainnya dalam belajar) dan tujuan terstruktur Kooperatif learning  (hadiah untuk belajar).
5.      Berikan siswa sumber-sumber belajar jika diperlukan.
6.      Sebarkan bantuan yang dibutuhksn, untuk mengontrol aktivitas belajar siswa, dan untuk membuat catatan tentang masalah yang akan disepakati dengan salah satu kelompok yang sudah selesai.
7.      Bawalah pelajaran pada kesimpulan yang logis.
8.      Evaluasi prestasi siswa dan bantu mereka menilai bagaimana sebaiknya mereka berkolaborasi dengan yang lainnya.
Tentu saja mengajar tidak pernah menjadi tugas yang mudah dimana semuanya berjalan mulus sesuai rencana kita. Akan ada banyak persoalan dimana kita akan menggunakan Kooperatif learning dan kita akan mencoba mencari strategi yang cocok dengan kita dan siswa kita. Bukan jawaban yang mudah tentang pertanyaan mengenai kelompok yang bagaimana yang cocok untuk Kooperatif learning.

Penerapan Pembelajaran Kooperatif di Kelas
Adapun sintaks model pembelajaran kooperatif yang terjadi di kelas:
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari berbagai cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

8.  Beberapa Pendekatan Khusus Kooperatif Learning
Ada banyak macam Kooperatif learning, tapi pendekatan yang paling banyak diuraikan dalam literatur adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Geams Tournaments (TGT), Jigsaw, and Group Investigation (GI). Semua bentuk pendekatan Kooperatif learning membutuhkan siswa untuk bekerja dalam pasangan atau kelompok untuk membantu satu sama lain. Tetapi setiap tipe dari pembelajaran kooperetif berbada dalam hal:
1.      Bagaimana siswa diberikan informasi tentang yang mereka pelajari  (menggunakan Jigsaw),
2.      Bagaimana siswa berinteraksi dengan lainnya (dengan bermacam pendekatan yang menekankan pada mengajar berpasangan dan pendekatan menekankan kelompok investigasi),
3.      Bagaimana siswa diuji (dengan TGT),
4.      Bagaimana memilih topik yang akan dipelajari (GI),
Semua pendekatan Kooperatif learning menekankan pada tujuan kelompok dan kesuksesan kelompok dimana semua anggotanya mencapai tujuan tersebut.Oleh karena itu, kita membutuhkan pemahaman terhadap tiga konsep penting:
1.      Penghargaan kelompok
2.      Tanggung jawab pribadi
3.      Kesempatan yang sama untuk sukses

1.      Student Team Achievement Divisions (STAD)
STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas John Hopkin, merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (1997), dalam STAD siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut.
Menurut Slavin (1995), STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu:
a.   Presentasi Kelas
        Materi dalam STAD disampaikan dalam presentasi kelas. Presentasi kelas ini biasanya menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Dalam presentasi ini juga dapat menggunakan audiovisual. Di sini siswa harus memusatkan perhatiannya pada presentasi kelas, karena itu akan membantu mereka untuk menghadapi kuis, dan nilai kuis mereka akan menentukan nilai kelompok mereka.

b.   Kelompok
Kelompok dibentuk terdiri dari empat atau lima siswa, dengan memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, dan etnis. Fungsi utama dari kelompok adalah untuk memastikan semua anggota kelompoknya terlibat dalam kegiatan belajar, dan khususnya untuk mempersiapkan anggotanya dalam menghadapi kuis. Setelah guru menyajikan materi, setiap kelompok mempelajari materi tersebut secara bersama. Belajar bersama ini meliputi mendiskusikan masalah, membandingkan jawaban, dan mengoreksi miskonsepsi jika ada anggota kelompok yang membuat kesalahan.
c.    Kuis
Setelah satu atau dua kali guru menyajikan materi, dan  satu atau dua kali kerja kelompok, siswa diberikan kuis individu. Siswa tidak diperbolehkan saling membantu.
d.   Peningkatan Skor Individu
Ide ini dimaksudkan untuk memberitahu masing-masing siswa tujuan apa yang dapat diperoleh jika mereka bekerja keras dan menampilkan yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimal pada kelompoknya pada sistem skor, untuk itu siswa harus bekerja secara baik.
e.    Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skor mereka melampaui kriteria yang telah ditentukan.

2. Teams Geams Tournaments (TGT)
Pembelajaran kooperatif TGT adalah suatu pembelajaran di mana setelah kehadiran guru, siswa pindah ke kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan guru. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan bertemu seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari kelompok lain untuk membandingkan kemampuan kelompoknya dengan kelompok lain. Tiga siswa dalam setiap meja turnamen akan saling bersaing. Mereka menjawab satu pertanyaan yang sama, berkaitan dengan materi yang telah dibahas bersama-sama dalam kelompoknya. Dengan cara ini setiap siswa berkesempatan menyumbangkan skor sebanyak-banyaknya untuk kelompoknya.

Ada tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu:
a)   Pembentukkan kelompok
               Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa. Perhatikan bahwa anggota kelompok harus heterogen. Masing-masing kelompok diberi kode A, B, C, D, dan seterusnya. Sebelum materi diberikan, guru harus menjelaskan bahwa mereka akan bekerja sama dalam kelompok selama beberapa minggu dan memainkan kompetisi akademik ini untuk menambah nilai kelompok mereka.
b)   Pemberian Materi
               Guru menyampaikan materi biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,dan diskusi. Pada saat penyajian kelas ini ,siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat turnamen, karena skor turnamen akan menentukan skor kelompok.
c)   Belajar Kelompok
               Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk mengerjakan LKS yang telah disediakan. Fungsi utama kelompok ini adalah untuk menyiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soal-soal latihan yang akan dievaluasi dalam turnamen.
d)   Turnamen
               Turnamen dapat dilaksanakan setiap bulan atau setiap akhir pokok bahasan. Turnamen ini merupakan pertandingan antar kelompok. Untuk melaksanakan turnamen disiapkan meja turnamen disesuaikan dengan banyaknya siswa di setiap kelompok. Menentukan rangking setiap siswa pada masing-masing kelompok, misalnya siswa pandai di meja A, yang sedang di meja B, dan yang kurang di meja C. Masing-masing siswa mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya. Yang mendapat skor terbanyak adalah pemenangnya.

3. Tipe Jigsaw
Kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Kooperatif Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
            Ada dua versi tipe Jigsaw dalam pendekatan cooperative learning, dan masing-masing  mempunyai keunikan, karena tanggung jawab anggota dari masing-masing kelompok berbeda.
            Pada Jigsaw I (Aronson, Blaney, Stephan, Sikes, dan Snapp, 1978), kelompok belajar terdiri dari 5- 6 anggota yang heterogen. Di dalam masing-masing kelompok satu siswa mempunyai mempunyai tanggung jawab untuk menguasai masing-masing bagian materi . Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab pada bagian pertama bertemu pada materi yang sama dengan siswa dari kelompok lain yang materinya sama dan mereka saling membantu satu sama lain untuk belajar tentang materi pada bagian ini.
            Setelah siswa yang berasal dari kelompok ahli membantu yang lainnya, mereka kembali pada kelompoknya dan mengajarkan apa yang telah dipelajari kepada anggota kelompoknya. Satu-satunya cara siswa untuk mempelajari materi yang bukan dikhususkan untuknya adalah dengan belajar melalui anggota kelompoknya. Sehingga, para siswa didorong untuk berinteraksi dan belajar dari satu siswa ke siswa lainnya. Bagian dalam proses pembelajaran ini dapat mengembangkan berbagai pelajaran. Setelah mengikuti kerja kelompok dan diskusi, para siswa diberikan kuis individual.
       Slavin (1990) mempunyai versi dari teknik ini yang disebut Jigsaw II.  Untuk menggunakan pendekatan ini, guru memulainya dengan membiarkan siswanya untuk membaca semua materi yang akan dipelajari (ingat pada Jigsaw I, siswa hanya membaca materi apa yang dikhususkan untuknya masing-masing).  Masing-masing siswa berkewajiban untuk teliti di segi mana mereka akan ahli di bidangnya.  Kemudian siswa bertemu di bidang masing-masing untuk belajar lebih mendalam dan kembali ke kelompoknya masing-masing lagi untuk mengajari satu sama lain. Pada waktu yang tepat, siswa diberikan kuis individu.
            Pada kedua pendekatan Jigsaw, skor kelompok dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur pada skorsing tipe STAD. Skor kelompok dan individu yang tertinggi dicantumkan dalam laporan berkala mingguan
 Semua pendekatan cooperative learning, tapi khususnya Jigsaw, tergantung pada kemampuan mereka untuk sukses dalam membantu satu sama lain dalam belajar. 

DAFTAR PUSTAKAA
Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M. (2003). Common Text Book 
Sugandi, A.I. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masala Matmatika Melalui Model Belajar Kooperatif Tope Jigsaw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar