Minggu, 11 Juli 2010

10 nasehat buat para remaja

KAY, Petunjuk Untuk Para Remaja
  1. Jika kamu mempertanyakan kenapa kamu ada di sini, maka ketahuilah bahwa Tuhan telah merencanakan Hal yang menyenangkan buatmu.
  2. Dimanapun engkau berada, pandangilah suasana diluar sana dan perhatikanlah keindahannya.
  3. Anggaplah hari ini adalah hari terakhir dalam hidupmu, maka lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan. Lakukanlah itu sekarang juga.
  4. Kamu tidak bisa merubah orang lain, tapi kamu bisa megubah dirimu sendiri (jalan pikiranmu, perasaanmu, omonganmu dan juga tindakanmu)
  5. Milikilah terlebih dahulu segala kebaikan yang ingin kamu temukan dari orang lain
  6. Buatlah dirimu bangga pada dirimu sendiri dengan mempertanggung jawabkan apa yang kamu katakana dan yang kamu perbuat.
  7. Dukunglah segala hal yang positif yang dapat membawa perubahan yang positif pada dirimu maupun orang lain.
  8. Di balik hal yang kamu takuti, terdapat pelajaran yang berharga yang bisa kamu raih, jadi jalani dan lawanlah rasa takut itu.
  9. Bukan keadaan yang membentuk pribadimu, tetapi pilihan yang kamu pilihlah yang paling berperan membentuk pribadimu.
  10. Hargailah keunikan dalam dirimu dengan mempersembahkan bakat dan kelebihanmu untuk dunia ini.

Hal Penting Dalam Pergaulan

Kalau anda mengajar orang lain, maka orang itu tidak akan pernah belajar karena belajar adalah proses yang aktif, kita belajar dengan memahami dan melakukan bukan dengan menghafal.
       Hal dasar yang mesti kita sadari dalam bergaul dengan orang lain adalah sebuah kritikan. Kritikan merupakan hal yang sia-sia karena kritik akan menempatkan seseorang dalam posisi defensive dan biasanya akan membuat seseorang mempertahankan dirinya.

           Kritik itu sangat berbahaya karana akan melukai kebanggaan seseorang, melukai perasaan pentingnya. Selain hal itu, dengan mengkritik tidak akan membawa perubahan yang bersifat langgeng pada diri seseorang melainkan akan menimbulkan rasa benci yang mendalam. Rasa benci yang ditimbulkan oleh sebuah kritikan dapat menurunkan semangat seseorang.

           Jika kita ibaratkan, kritikan itu seperti burung merpati yang kita pelihara. Jika kita lepas, bagaimanapun keadaannya maka mereaka akan kembali kepada kita. Begitulah jika kita mengkoreksi, atu mencaci orang lain, maka orang yang kita caci akan membalas untuk mencaci kita. Itulah kenapa kritik itu sangat berbahaya.

           Jika kita telusuri dan pahami lebih dalam lagi, kritikan itu alah palu hakim yang siap memberi putusan bersalah pada seseorang. Hal semacam ini akan sangat menjatuhkan mental seseorang yang nantinya akan berdampak pada psikologi seseorang. Dan mereka akan tetap berusaha untuk mempertahankan dirinya dengan mengatakan “ Saya tidak melihat kemungkinan atau jalan lain yang bisa saya tempuh”.

           Jika kita ingin menjalin hubungan yang baik dengan orang lain hendaknya hindari memberikan kritikan pada orang lain. Sebagai ganti dari mengkritik orang lain, kita bisa berusaha untuk mengerti dan memahami orang lain. Berusahalah mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Hal ini akan jauh lebih bermanfaat dan menarik minat daripada kritik. Disamping itu hal ini akan melahirkan simpati, toleransi dan kebaikan hati.

(Tuhan tidak menghakimi orang hingga tiba pada saatnya)

Senin, 21 Juni 2010

Kualitas dan Pendidikan Guru Di Indonesia

2.1 Pengertian Teacher education dan teacher quality
          Kualitas pendidikan mempunya makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara menyeluruh,. Kualitas pendidikan yang menyangkut proses atau dan hasilnya ditetapkan sesuai dengan pendekatan dann criteria tertentu. Sedagnkan proses pendidikan merupakan keseluruhan aktivitas pelaksanaan pendidikan dalam berbagai dimensi baik internal dan eksternal, kebijakan maupun oprasional. Factor yang memepengaruhi kualitas proses pendidikan adalah unsure-unsur dinamis yang ada di dalam sekolah dan lingkungan sebagai suatu kesatuan system. Salah satu unsurnya ialah guru sebagai pelaku terdepan dalam pelaksanaan pendidikan.
          Guru sebagai unsur terdepan pendidikan hendaknya memmiliki kompetensi-kompetensi sesui dengan yang dipersyaratkan. Salah satunya yaitu seoranga guru harus memiliki pendidikan yang memadai sesuai dengan bidang studi yang dia ajar. Menjadi guru, bukan hanya mengajarkan materi kepada siswa, tetapi menjadi seorang guru harus bisa mengerti bagaimana keadaan, situasi dan kondisi kelas yang diajar sehingga guru akan mampu untuk mengelola kelas dengan baik.
          Menyadari akan hal itu, maka seorang guru harus mendapat pendidikan khusus keguruan, yang sekarang lebih dikenal dengan pendidikan profesi guru (PPG). PPG merupakan suatu pendidikan khusus bagi guru agar seorang guru menjadi profesional pada bidangnya. Pada PPG seorang guru akan dilatih bagaimana menghadapai siswa, bagai mana merancang suatu pembelajaran agar nantinya nantinya suasana yang menyenangkan dalam belajar dan siswapun memperoleh ilmu dan mampu untuk mengaplikasikannya.
Guru yang sudah memiliki pendidikan khusus, pastinya akan mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya baik dalam hal mengajar maupun dalam menjalankan tugas profesinya. Kualitas guru adalah kemampuan yang dimiliki seorang guru untuk memberikan pendidikan pada anak didiknya. Lebih luas lagi kualitas guru merupakan suatu kondidi dimanis yang terkait dengan keprofesionalan seorang guru dalam menjalankan profesinya.

2.2 Kualitas Pendidikan dan Guru di Indonesia
          Jika ditelusuri lebih jauh lagi tentang kualitas pendidikan di Indonesia , faktanya memang kualitas pendidikan Indonesia sangat rendah.berbagai hasil survei internasional semakin mengukuhkan ketertinggalan pendidikan Indonesia dibanding negara lain. Hasil tes Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003, misalnya, memperlihatkan bahwa Indonesia jauh tertinggal oleh negara tetangga. Indonesia hanya menempati urutan ke-34 (matematika) dan ke-36 (sains) dari 45 negara yang disurvei. ‘Prestasi’ itu jauh di bawah Singapura yang menduduki peringkat pertama untuk kedua bidang ilmu ini, atau Malaysia yang berada di peringkat 10 (matematika) dan 20 (sains).
          Rendahnya kualitas pendidikan kita saat ini tidak lepas dari masih rendahnya kuailtas guru. Hal ini dapat dilihat antara lain dari prosentase jumlah guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan akademik minimal untuk jenjang pendidikan tertentu relatif masih rendah disamping adanya guru yang mengajar bukan pada keahliannya (mismatch). Selain itu kesenjangan yang terjadi antara guru dengan peserta didik juga menjadi bukti bahwa guru masih jauh dari target kompetensi yang dipersyaratkan kepadanya. Dengan kata lain guru masih memiliki kualitas yang rendah.
          Rendahnya kualitsa guru ini disebabkan karena barisan guru di Indonesia tidak diisi oleh orang-orang yang berkompeten serta memliki kualitas yang memedai. Sebagian besar orang masih mengganggap bahwa profesi guru tidak membanggakan dan menjamin masa depan. Kalangan cerdas dan jenius lebih memilih bidang yang menjanjikan masa depan cerah seperti kedokteran, teknik, hubungan internasional, bahkan entertainer. Lulusan non-kependidikan yang tertarik menjadi guru dengan mengambil program akta mengajar juga bukan lulusan terbaik. Umumnya, mereka putar haluan menjadi guru karena sulitnya mencari pekerjaan. Selain itu juga disebabkan oleh adanya guru dari lulusan swasta yang hanya sekedar lulus dengan Indeks prestasi yang tinggi tetapi tidak mempunyai kualitas yang memadai, dan tidak memiliki kemampuan untuk menjadai guru.
          Sekarang ini sangat sedikit guru yang secara kreatif mampu mengembangkan ilmunya mengikuti perkembangan ipteks maupun kebutuhan stakeholders baik mengenai substansi kajian yang menjadi spesialisasinya maupun teknologi pembelajaran sesuai dengan perubahan konteks pembelajaran. Seorang guru yang telah lama mengajar dan terbiasa dengan system pengajaran yang ia gunakan akan cenderung untuk bersifat lembam terhadap perubahan yang terjadi.
          Selain itu rendahnya kualitas guru juga dibuktikan denga masih rendahnya profesionlitas guru. Ada beberapa kenyataan dilapangan yang membuktikan bahwa guru di Indonesia masih belum profesional, antara lain:
  1. Masih banyak guru Indonesia yang bertugas yang tidak berlatar pendidikan sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang keahliannya
  2. Masih banyak guru yang memiliki kompetensi keilmuan dan profesionalitas rendah dan memprihatinkan;
  3. Masih banyak guru yang kurang terpacu, terdorong dan tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru.
  4. Para guru umumnya masih kurang mampu menulis karya ilmiah bidang pembelajaran, menemukan teknologi sederhana dan tepat guna bidang, membuat alat peraga pembelajaran, dan atau menciptakan karya seni.
  5. Hanya sedikit guru Indonesia yang secara sungguh-sungguh, penuh kesadaran diri mengikuti pertemuan–pertemuan untuk mengembangkan profesi .
  6. Kelima hal diatas, telah sangat memebri gambaran betapa rendahnya profesionalitas guru kita yang nantinya berdampak pada kualitas guru dan kualitas pendidikan kita.

2.3 Hambatan yang dialami guru sebagai tenaga pendidik
          Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, guru juga menghadapi hambatan-hambatan. Pulias dan Young memaparkan dua hambatan yang dapat berpengaruh pada proses belajar-mengajar. Yaitu:
  • Pertama, seorang guru yang telah mengajar satu mata pelajaran untuk jangka waktu yang panjang apalagi yang telah menguasai pokok-pokok penting tersebut, seringkali lupa bagaimana sukarnya mempelajari sesuatu yang baru. Dia juga kurang menyadari bahwa anak didiknya belum mempunyai pengetahuan dasar yang sangat dibutuhkan untuk menerima pengetahuan yang lebih tinggi. Dengan begitu, seorang pendidik seringkali kurang sabar menghadapi anak didik yang agak lambat menerima pelajaran atau hal- hal yang baru bagi dirinya.
  • Kedua, seorang guru sering dihinggapi perasaan bosan terhadap satu mata pelajaran yang telah diajarkannya berulang-ulang. Perasaan bosan ini dapat menurunkan gairah mengajar dan sudah pasti akan menjalar pula kepada anak didiknya, yaitu kehilangan gairah belajar.
Selain kedua masalah yang dihadapi oleh guru dalam mengajar seperti yang dikemukakan di atas, ada juga masalh yang di hadapi oleh guru dalam mengembangkan profesinya, antara lain:
1. Masalah finalsial.
Tak dapat dipungkiri, benturan finansial seringkali menjadi masalah ketika para guru ingin mengembangkan aspek pengetahuan mereka. Terlebih aspek pengembangan karir dengan cara menimba ilmu ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Kesejahteraan: 
Untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru mesti memiliki dana yang cukup, jika apa yang ia dapat dengan menjadi guru untuk menghidupi keluarga saya tidak mencukupi, bagaimana bisa meningkatkan profesionalismenya. Seorang guru masih mendapat kesejahteraan yang masih relative rendah jika dibandingkan dengan profesi lainnya. Apalagi, di beberapa daerah ada guru yang memiliki jam terbang yang tinggi tetapi mendapat imbalan yang same dengan yang memiliki jam terbang hanya sedikit. Hal ini akan menimbulakan masalah berupa adanya kesenjangan social.
Maslah lain yang berkaitan dengan kondisi guru antara lain sebagai berikut.
1. Kualitas, dan distribusi.
Dari aspek kualitas, sebagian besar guru-guru dewasa ini masih belum memiliki pendidikan minimal yang dituntut. Dari aspek penyebarannya, masih terdapat ketidak seimbangan penyebaran guru antar sekolah dan antar daerah. Seperti misalnya jumlah guru yang ada di pedesaan jauh lebih sedikit jika di bandingkan dengan jumlah guru yang ada di perkotaan.
2. Manajemen guru
Dari sudut pandang manajemen SDM guru, guru masih berada dalam pengelolaan yang lebih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma pendidikan (antara lain manajemen pemerintahan, kekuasaan, politik).
Dari aspek unsur dan prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurang-terpaduan antara sistem pendidikan, rekrutmen, pengangkatan, penempatan, supervisi, dan pembinaan guru. Masih dirasakan belum terdapat keseimbangan dan kesinambungan antara kebutuhan dan pengadaan guru. Rerkrutmen dan pengangkatan guru masih selalu diliputi berbagai masalah dan kendala terutama dilihat dari aspek kebutuhan kuantitas, kualitas, dan distribusi. Pembinaan dan supervisi dalam jabatan guru belum mendukung terwujudnya pengembangan pribadi dan profesi guru secara proporsional. Mobilitas mutasi guru baik vertikal maupun horisontal masih terbentur pada berbagai peraturan dan terkadang proturan itu disalah gunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan pribadinya. Pelaksanaan otonomi daerah yang seenak hati cenderung membuat manajemen guru menjadi makin kacau.

3. Penghargaan terhadap guru
Sampai saat ini guru belum memperoleh penghargaan yang memadai. Terkadang pemberian penghargaan terhadap guru bersifat ditad adil bersifat adil, dan buruknya lagi, penghargaan yang diberikan terlkadang tidak setimpal dengan apa yang telah di laksanakan.
Dengan berbagai masalah yang dangat pelik yang dihadapi oleh guru, maka kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan guru karena masalah rendahnya pendidikan kita saat ini. guru juga adalah manusia, mereka juga memiliki kekurangan seperti halnya manusia paad umumnya. Selian itu, masalah rendahnya pendidikan, bukan janya tanggung jawab dari guru, melainkan tanggung jawab kita berasama sebagai warga Negara Indonesia.

2.4 Upaya untuk meningkatkan pendidikan dan kualitas guru di Indonesia
Upaya Peningkatan Kualitas Kompetensi dan Sosial Guru Jalan yang dapat dilakukana untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara lain:
1. Gaji yang memadai.
Perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup diriny dan keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi, tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam kerjanya. Guru akan lebih berkonsentrasi pada profesinya. Selain itu guru juga mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri tampil prima di depan kelas.
2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang harus dikerjakan seorang guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu guru-guru prmula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru. Jangan sampi tugas yang dilakukan oleh guru dibuat oleh orang yang tidak mengetahui seleuk-beluk pendidikan
3. Pelatihan dan sarana.
Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-pelatihan. Beri kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa beban biaya. Selian itu pasilitasi guru dengan sarana yang memadai dalam mengajar.
4. Penulisan Laporan Penelitian
Untuk meningkatkan profesionalisme guru, seorang guru juga bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi terkait dalam pembuatan laporan penelitian. Dengan demikian maka kompetensi yang dimiliki oleh guru akan terus menigkat.
Selain usaha yang bersifan eksternal seperti yang dipaparkan diatas seorang gurujuga harus melakukan hal yang bisa membuat dia meningkatkan profesionalitasnya yaitu:
  1. Para guru harus memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman mengembangkan materi pelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik.
  2. Menindak lanjuti tindakan yang pertama, guru bisa bertukar pikiran satu sama lain dalam suatu porum yang terpimpin dan terencana, dan akan lebih baik jika apa yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan tersebut adalah merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para guru sendiri. Dengan demikian, secara tidak langsung guru akan melakukan penelitian dengan bekerja sama dengan para dosen di perguruan tinggi. Terutamanya penelitian tentang tindakan kelas, dengamn pertimbangan bahwa gurulah yang paling mengetahui apa dan bagaimana kelas itu berjalan. Ada guru juga dengan melakukan penelitian tindakan kelas akan dapat menegtahui dan jika memungkinakn memenuhi kebutuhan dari siswa dalam kelas yang ia ajar
  3. Setelah melakukan penelitian, seorang guru harus membiasakan diri untuk mengkomunikasikan hasil penelitian yang dilakukan, khususnya lewat media cetak ataupun media komunikasi lainnya seperti membuat blog pribadi. Dengan demikian maka guru akan dapat berkembang sesuai dengan tuntutan jaman.